Tuesday, June 28, 2016

Pemusatan Perhatian – Perenungan Atas Wujud [1]



Dibagikan dengan anotasi oleh Lotuschef – 23 November 2015
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Mindfulness – Contemplation of Form [1]


Sutra Kayagata-sati: Pemusatan Perhatian di dalam Tubuh
Diterjemahkan dari Bahasa Pali oleh Bhiksu Thanissaro
Sumber: MN 119 PTS: M iii 88 | Kayagata-sati Sutta: Mindfulness Immersed in the Body


Ekstrak:
“Lebih lanjut lagi, bhiksu merenungi tubuhnya sendiri mulai dari telapak kaki ke atas, dari ujung kepala ke bawah, semuanya dibungkus oleh kulit dan penuh dengan berbagai macam hal yang kotor:
‘Di tubuh ini terdapat rambut kepala, rambut di badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput paru-paru, limpa, usus besar, usus kecil, esofagus (kerongkongan), feses, empedu, lendir dahak, nanah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan di persendian, air kencing.’

Bagaikan sebuah karung dengan dua bukaan di ujungnya yang penuh dengan bermacam-macam biji-bijian – gandum, beras, kacang hijau, kacang merah, biji wijen, beras yang telah dikupas –
Dan seorang pria dengan penglihatan yang baik, saat menuangkannya, ia akan merenungkan,
‘Ini gandum. Ini beras. Ini kacang hijau. Ini kacang merah. Ini biji wijen. Ini beras yang telah dikupas’;

Dengan cara yang sama, bhiksu merenungi tubuhnya sendiri dari telapak kaki ke atas, dari ujung kepala ke bawah, semuanya dibungkus oleh kulit dan penuh dengan berbagai macam hal yang kotor:
‘Di tubuh ini terdapat rambut kepala, rambut di badan, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, hati, selaput paru-paru, limpa, usus besar, usus kecil, esofagus (kerongkongan), feses, empedu, lendir dahak, nanah, keringat, lemak, air mata, minyak kulit, ludah, ingus, cairan di persendian, air kencing.’

Dan ia selalu peka, bersemangat dan tak ragu-ragu, segala ingatan dan keputusan mengenai kehidupan rumah tangga ditinggalkannya, dan dengan meninggalkannya maka pikirannya terfokuskan dan batinnya menjadi tenang, menyatu dan terpusat.

Demikianlah bagaimana seorang bhiksu mengembangkan pemusatan perhatiannya yang melebur ke dalam tubuhnya.

“Lebih lanjut lagi, bhiksu merenungi tubuhnya – tegak ataupun dalam posisi lain – dalam hubungannya dengan berbagai karakterisiknya:
‘Di dalam tubuh ini terdapat karakteristik tanah, karakteristik cairan, karakteristik api, dan karakteristik angin.’
** [Empat elemen utama 四大 – Tanah air api angin 地 水 火 风]

Seperti halnya seorang penjagal ataupun muridnya yang terampil, setelah menjagal seekor sapi, akan duduk di perempatan jalan sambil memotongnya menjadi bagian-bagian kecil, maka bhiksu merenungi tubuhnya – tegak ataupun dalam posisi lain – dalam hubungannya dengan berbagai karakterisiknya:
‘Di dalam tubuh ini terdapat karakteristik tanah, karakteristik cairan, karakteristik api, dan karakteristik angin.’

Dan ia selalu peka, bersemangat dan tak ragu-ragu, segala ingatan dan keputusan mengenai kehidupan rumah tangga ditinggalkannya, dan dengan meninggalkannya maka pikirannya terfokuskan dan batinnya menjadi tenang, menyatu dan terpusat.

Demikianlah bagaimana seorang bhiksu mengembangkan pemusatan perhatiannya yang melebur ke dalam tubuhnya.

“Lebih lanjut lagi, seperti saat ia melihat jasad yang dibuang di tanah pemakaman – telah mati selama satu hari, dua hari, tiga hari – mengembung, menjadi hitam kelabu dan mengeluarkan nanah, ia menerapkannya kepada tubuhnya sendiri, ‘Tubuh ini juga: Karena kodratnya yang seperti itu, masa mendatangnya juga akan seperti itu, dan tak bisa dihindari pula’…


“Atau sekali lagi, seperti saat ia melihat jasad yang dibuang di tanah pemakaman, mulai diambili oleh burung gagak, burung bangkai, elang, anjing, hyena, dan berbagai binatang lain… seonggok kerangka yang ternoda oleh daging dan darah, tersambungkan oleh otot-otot… seonggok kerangka tanpa daging yang ternoda oleh darah, tersambungkan oleh otot-otot… seonggok kerangka tanpa daging ataupun darah, tersambungkan oleh otot-otot… tulang-tulang yang terlepas dari otot-ototnya, berserakan di segala arah – di sana ada tulang tangan, di sana ada tulang kaki, di sana ada tulang kering, di sana ada tulang paha, di sana ada tulang pinggul, di sana ada tulang punggung, di sini tulang rusuk, di sana tulang dada, di sini tulang bahu, di sana tulang leher, di sini tulang rahang, di sana ada gigi, di sini sebuah tengkorak… tulang-tulang yang memutih, bagaikan warna kerang… bertumpukan selama lebih dari setahun lamanya… membusuk dan terurai menjadi serbuk: Ia menerapkan hal yang serupa kepada tubuhnya, ‘Tubuh ini juga: Karena kodratnya yang seperti itu, masa mendatangnya juga akan seperti itu, dan tak bisa dihindari pula.’

Dan ia selalu peka, bersemangat dan tak ragu-ragu, segala ingatan dan keputusan mengenai kehidupan rumah tangga ditinggalkannya, dan dengan meninggalkannya maka pikirannya terfokuskan dan batinnya menjadi tenang, menyatu dan terpusat.

Demikianlah bagaimana seorang bhiksu mengembangkan pemusatan perhatiannya yang melebur ke dalam tubuhnya.

~~~~~~~~~

Hahaha!
Masih ada sambungannya lagi!

Salam semuanya.

Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef


No comments:

Post a Comment