Friday, June 24, 2016

Biografi Mahasiddha Virupa



Dibagikan dengan anotasi oleh Lotuschef – 7 Juni 2016
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: 7-5-2016 Mahasiddha Virupa 畢哇巴





【道果本頌金剛句偈疏】作者是畢哇巴,原來本身的道果不是一篇文章,是一句一句的,九個字或七個字。其實不長,只是薄薄幾張紙,但每一句話的含義非常的多,所以才變成那一大本的道果。

Mahaguru Lu menceritakan sepotong bagian awal dari kisah kehidupan Virupa (Penulis Lamdre) di sesi tersebut.  Lamdre dalam naskah aslinya hanya terdiri dari 9 atau 7 kata saja, tidak berhalaman-halaman. Demikianlah Lamdre tidaklah panjang, hanya beberapa lembar tipis saja, NAMUN setiap kalimat yang tertulis mengandung arti yang mendalam, dari situlah buku mengenai Lamdre muncul.

~~~~~~~~~~~~~~

Di dalam artikel berikut ini berisi sebagian dari yang Mahaguru Lu telah bagikan.
Selamat membaca dan menikmati!
Dan perhatikanlah kunci-kunci penting yang dibagikan di dalamnya!

~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku melakukan beberapa riset dan menemukan kisah hidup Virupa yang menakjubkan. Diekstrak untuk dibagikan sebagai berikut:

Syukur dan terima kasih kepada Lama Choedak Yuthok yang telah membagikannya!

Mahasiddha Virupa & Arya Tara, karya Samudra Man Singh Shrestha

Biografi Mahasiddha Virupa

Oleh Lama Choedak Yuthok, Sakya Losal Choe Dzong, Canberra, Australia.


Ekstrak: Setelah menyelesaikan studinya di sana, ia pergi menuju Nalanda di mana Dharma telah berdiri dengan kokoh.
Di sana ia menerima pentahbisan sebagai Bhiksu dari kepala biara, Dharmamitra, yang juga dikenal sebagai Jayadeva, dari Universitas Nalanda.
Ia kemudian diberi nama Shri Dharmapala 护法.
Ia melanjutkan studinya di bawah bimbingan sang kepala biara yang sangat senang dengannya dan memberinya banyak ajaran privat mengenai sadhana-sadhana umum Vajrayana 金刚乘 dan khususnya Tantra Chakrasamvara 胜乐金刚.

Sang kepala biara meninggalkan berbagai instruksi di dalam surat wasiatnya bahwa Shri Dharmapala nantinya akan diangkat sebagai penggantinya, dan meminta kepada para petugas biara untuk memberikan respek yang setara dan menghormati penggantinya karena Dharmapala ditunjuk sebagai kepala biara Nalanda.
Ia mengawasi upacara pemakaman agung sang pendahulunya dan mengatur supaya seluruh jasad sang kepala biara ditransformasikan menjadi relik yang ia kemudian bagikan secara seksama kepada berbagai raja, donatur, dan bhiksu.

Dharmapala melatih Chakrasamvara dengan tekun setiap malam sesuai dengan instruksi rahasia yang diterimanya dari sang kepala biara.
Hari-harinya dibaktikannya untuk mengajar dan komposisi.
Meski ia juga mengajarkan baik naskah Theravada maupun Mahayana, ia membaktikan sebagian besar waktu dan energinya kepada sadhana esoterik Vajrayana. Ia terus melatih Chakrasamvara dengan sepenuh hati dari tahun ke tahun.

Namun, di umurnya yang ke-70, meski telah bertahun-tahun sangat setia bersadhana, Dharmapala masih belum mengalami tanda-tanda pencapaian spiritual.

Ia juga harus berjuang melawan penyakit-penyakit lamanya yang menjangkiti tubuh dan pikirannya.
Ia menjadi sedih dan takut oleh gangguan yang selalu dilancarkan oleh para Yaksha dan roh jahat.
Menambah keputusasaan dan frustrasinya, ia juga terus mendapatkan mimpi yang sangat menakutkan.
Di salah satu mimpinya, ia melihat api besar membakar di bagian bawah sebuah lembah, dan banjir muncul dari bagian atasnya.
Ia melihat badai salju, gletser, formasi tetesan es dan gunung es jatuh dari langit.
Ia melihat Guru, Yidam, dan para kalyanamitra-nya tergantung terbalik, atau dengan wajahnya terkoyak, hidungnya terpotong, matanya tercungkil keluar dan meneteskan darah.
Tak heran Dharmapala menginterpretasikan mimpi-mimpi tersebut sebagai pertanda buruk.
Ia menyimpulkan bahwa ia pasti kurang jodoh karma untuk mendapatkan realisasi melalui jalur Vajrayana di kehidupannya kali itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk melepaskan sadhana Vajrayana-nya sepenuhnya.

Kemudian, pada hari ke-22 bulan imlek ke-4, malam harinya ia menghentikan sadhana Yidam Yoga-nya, dan melempar japamala-nya ke dalam jamban.
Mimpi-mimpi tersebut sebenarnya adalah indikasi bahwa Dharmapala hampir mencapai realisasi spiritual yang besar melalui sadhana Tantra-nya.
Namun ia tak punya cara untuk mengetahuinya di saat itu, sehingga salah kaprah membaca berbagai pertanda yang muncul.
Ia tak sadar bahwa ia telah menyempurnakan Jalur Akumulasi (Sambhara-marga), Jalur Persiapan (Prayoga-marga) dan hampir mencapai Jalur Melihat (Darsana-marga).

Di saat itu energi vital dan pikirannya telah melebur di dalam bija aksara Ksa dan Ma di bawah Chakra Pusar.
Hal ini menciptakan simbolisme yang tampak menyeramkan di dalam mimpi-mimpinya.
Ia gagal mengenali tanda-tanda yang sedang terjadi kepadanya karena kepala biaranya telah meninggal dunia sebelum sempat mentransmisikan instruksi inti secara lengkap.
Sebenarnya hal tersebut akan mampu menjelaskan perubahan drastis yang terjadi di dalam aliran energi halus di dalam tubuh psikisnya (batin) dan menjernihkan pengalaman mimpinya.

Shri Dharmapala mulai dari saat itu memutuskan untuk membaktikan seluruh waktunya untuk mengajar, menulis dan menyelesaikan tugas-tugas lainnya bagi komunitas Sangha; tak lagi menghabiskan berjam-jam waktunya dalam sehari untuk melatih meditasi Yidam Yoga.
Namun, di malam yang sama, ia bermimpi Dewi Nairatmya 无我母 (Nairātmyā atau Dagmema adalah seorang buddha wanita, pendamping Hevajra 喜金刚 di dalam tantra Hevajra. Namanya berarti “wanita tanpa ego”) muncul di hadapannya dalam wujud wanita cantik bertubuh biru mengenakan kain sutra surgawi, dan demikianlah beliau berkata:

“Oh putra yang mulia, sungguhlah tak baik kamu bertindak seperti ini, di mana kamu sudah hampir mencapai Siddhi. Meski semua Buddha memiliki welas asih yang tak membeda-bedakan, Aku-lah sang dewata yang punya jodoh karma yang paling erat denganmu dan aku akan memberkatimu supaya mendapatkan Siddhi dengan cepat. Pergilah dan ambillah kembali japamala-mu, cucilah dengan air wangi, bertobatlah atas segala kesalahanmu dan kembalilah bersadhana dengan baik.”

Beliau kemudian menghilang.

Dharmapala terbangun dari tidurnya dengan perasaan campur aduk antara menyesal dan bahagia.
Ia mengikuti instruksi tersebut, kembali bersadhana di pagi hari tersebut. Dan kemudian Mandala aspek Nirmanakaya Lima Belas Dewi Nairatmya muncul di hadapannya dan memberinya empat inisiasi dengan lengkap.
Demikianlah ia mencapai Jalur Melihat dari Bhumi Pertama.
Barulah sekarang ia menyadari arti sebenarnya dari mimpi-mimpinya.

Mimpi-mimpi kasar dan penampakan para Yaksa merupakan manifestasi interdependen dari pikiran dan energi vitalnya yang melebur ke dalam bija Ksa dan Ma di bawah Chakra Pusar.
Ini disebabkan oleh simpul-simpul nadi yang sedang melepaskan diri, yang menyebabkan Peleburan Pertama Elemen-elemen dan pertanda energi vital Candali mulai memanas.


{Tummo (Bhs. Tibet: gtum-mo, Bhs. Sansekerta: caṇḍālī) adalah salah satu bentuk pernafasan, yang bisa ditemukan di dalam ajaran Enam Yoga Naropa, Lamdre, Kalachakra dan Anuyoga dari Vajrayana Tibet.
Tummo berasal dari tradisi Vajrayana India, meliputi instruksi dari Mahasiddha Krishnacarya dan Tantra Hevajra.
Tujuan dari tummo adalah untuk mengendalikan proses di dalam tubuh ini saat berada di tahap penyelesaian “Tantra Yoga Tertinggi” (Tantra Anuttarayoga) atau Anuyoga.
}

Berbagai pengalaman di luar kebiasaan yang muncul di dalam pikiran konseptualnya adalah hasil dari proses adaptasi ulang antara nadi dan pikirannya.
Sebagai sebuah tanda peralihan Peleburan Elemen-elemen, api Candali membakar ke atas dan menyebabkan nektar Bodhicitta mengalir ke atas.
Manifestasi interdependen berbagai peristiwa internal seperti ini akan dialami secara konseptual oleh seorang Yogi sebagai api yang membakar dari bawah lembah dan banjir yang datang dari bagian atas lembah.
Sirkulasi yang kuat dari tetesan-tetesan halus di dalam nadi-nadi kecil juga tercerminkan di dalam mimpi dengan adanya badai salju, dan gunung-gunung es yang jatuh dari langit.

Peleburan yang Ke-3 dan Terakhir dari Elemen-elemen menampilkan wajah telanjang dari kebijaksanaan transendental yang mulus sempurna.

Efeknya adalah menghancurkan segala kemelekatan atas berbagai penampilan rupa fana.
这有融化所有对于一般显示相的执着功效。

Manifestasi interdependen ini tercerminkan di dalam mimpi-mimpinya dalam bentuk wajah-wajah Guru dan Yidamnya yang terkoyak.
Ia mulai menyadari bahwa semua pertanda tersebut merupakan pengalaman meditatif yang berhubungan dengan 3 peleburan elemen-elemen halus yang berurutan di dalam tubuhnya.

Dengan kemunculan dan bimbingan dari Vajranairatmya yang tepat waktu, Shri Dharmapala akhirnya mencapai penyadaran.
Mulai dari saat itu, setiap harinya ia mencapai Bhumi yang lebih tinggi, hingga pada pagi hari di hari ke-29 di bulan yang sama ia mencapai Bhumi ke-6.
Ia kini menjadi seorang Bodhisattva agung yang berdiam di dalam Bhumi ke-6.

Bukti penerimaan empat inisiasi lengkap mengkonfirmasi bahwa aliran abhiseka selalu mengalir tiada henti. 认证了传承加持并没有中断过
Pencapaian Bhumi ke-6 merupakan peneguhan bahwa silsilah pemberkatan tidaklah terputus.
Kegagalannya dalam mengenali berbagai tanda pencapaian sebelumnya dan kesalahannya dalam mengartikan tanda-tanda tersebut sebagai pertanda buruk menegaskan bahwa saat itu ia belum mendapatkan instruksi intisari tertentu.
Hal ini memampukannya untuk menyadari bahwa urutan instruksi yang diterimanya tidaklah salah.

Karena itu, pengabdian Dharmapala kepada ajaran terpulihkan dan menjadi berlipat ganda.
Ia menjadi yakin bahwa ia pasti akan mencapai realisasi Pencerahan Sempurna, seperti yang dicapai oleh Sang Buddha.
Dengan cara ini ia diberkati dengan Empat Silsilah yang Dibisikkan, yang kemudian dikenal sebagai “Instruksi dari Empat Silsilah yang Dibisikkan”.

~~~~~~~~~~~~~~~

Teman-temanku yang terkasih,
Kuharap kalian menyukai artikel di atas! :)

Aku juga telah menandai dan menerjemahkan beberapa kalimat di sana!

Apakah kamu menyadari bahwa kamu perlu:
  1. Mengikuti instruksi Guru Akarmu dengan ketat?
  2. Berlatih dengan tekun dan teratur, atau setiap hari?
  3. Bahkan dengan berkat dari dewata seperti Nairatmya 无我母, kamu masih harus berusaha sendiri?
  4. Merealisasikan Kebenaran – meneguhkan bahwa aliran abhiseka tak pernah berhenti 认证了传承加持并没有中断过.
  5. Memahami: Peleburan yang Ke-3 dan Terakhir dari Elemen-elemen menampilkan wajah telanjang dari kebijaksanaan transendental yang mulus sempurna.
    Efeknya adalah menghancurkan segala kemelekatan atas berbagai penampilan rupa fana.
    这有融化所有对于一般显示相的执着功效。

~~~~~~~~~~~

Ingatlah bahwa yang paling kamu butuhkan dari semuanya adalah Seorang Yogi Sejati sebagai seorang guru,
Ajaran dan bimbingannya, terutama Instruksi-instruksi Intisari,
Dan Iman yang Teguh digabung dengan Ketekunan dalam sadhana harian!

TENTU SAJA kamu harus ingat bahwa “Tak ada Jalan Pintas”!

Virupa saat itu berumur 70 tahun saat ia mencapai Siddhi! :)


Salam semuanya.


Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef


No comments:

Post a Comment